SKI SURABAYA — Kapolda Jawa Barat Irjen Rudi Setiawan resmi meraih gelar Doktor setelah mempertahankan disertasinya berjudul “Cerita dari Mesuji: Studi Fenomenologi tentang Menjadi Polisi di Daerah Konflik” pada sidang terbuka di Universitas Airlangga, Senin (3/11/2025).Dalam sidang yang berlangsung khidmat namun sarat makna, Irjen Rudi tampil percaya diri di hadapan para penguji. Ia memaparkan hasil penelitiannya tentang bagaimana menjadi polisi profesional, bertanggung jawab, dan berintegritas di wilayah konflik sosial seperti Mesuji, tempat di mana kekerasan dan ketegangan sosial telah mengakar dalam keseharian masyarakat.“Mesuji bukan sekadar nama geografis di perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan. Ia adalah ruang eksistensial di mana konflik agraria, trauma sejarah, dan pergulatan identitas sosial bersinggungan setiap hari antara polisi dan warga,” ujar Irjen Rudi.Lewat pendekatan fenomenologi Edmund Husserl, ia berusaha memahami “dunia hidup” para polisi — bukan sebagai struktur institusi, tetapi sebagai kesadaran yang berhadapan langsung dengan kompleksitas sosial.“Lebenswelt atau dunia kehidupan merujuk pada pengalaman hidup sehari-hari yang diterima apa adanya oleh individu. Fenomenologi mengajak kita kembali pada hal-hal itu sendiri — memahami pengalaman otentik tanpa prasangka,” jelasnya.Dalam disertasinya, Irjen Rudi menggambarkan polisi di Mesuji yang hidup di antara dua kutub besar: di satu sisi sebagai penegak hukum dan simbol negara, di sisi lain sebagai manusia biasa yang berhadapan dengan rasa takut, keterbatasan, dan dilema moral di tengah masyarakat yang kerap lebih percaya pada kekerasan daripada hukum.“Dunia polisi di Mesuji bukan sekadar dunia seragam dan aturan. Mereka bangun setiap pagi dengan kesadaran bahwa di luar pagar rumahnya, bisa saja warga memandangnya bukan sebagai pelindung, tapi sebagai representasi kekuasaan yang jauh dan tak dipercaya,” ungkapnya.Irjen Rudi juga menyoroti bagaimana identitas polisi di daerah konflik terus berubah, terbentuk oleh pengalaman batin yang kompleks.“Identitas personal, profesional, dan sosial polisi di Mesuji tumbuh dari ambiguitas. Di antara panggilan moral dan tekanan struktural, antara ingin melayani dan perasaan ditolak,” tuturnya.Menurutnya, dalam kesunyian Mesuji yang jauh dari hiruk pikuk kota, seorang polisi menemukan hakikat jati dirinya:“Saya ada karena tugas, tetapi tugas itu juga menguji siapa saya sebenarnya.”Ia menambahkan, identitas sosial polisi di Mesuji terbangun di tengah hubungan yang ambivalen dengan masyarakat — kadang sebagai pelindung, kadang dianggap penjaga kepentingan pihak luar.“Ketika seorang polisi berhadapan dengan warga yang mempertahankan tanah yang dianggap ‘milik negara’, sesungguhnya ia berhadapan dengan cermin dirinya sendiri — tentang ketimpangan, alienasi, dan pencarian legitimasi moral di negeri ini,” tegasnya.Sidang terbuka ini menjadi penanda bahwa ilmu kepolisian bukan hanya soal penegakan hukum, tetapi juga tentang refleksi kemanusiaan, empati, dan kesadaran moral di tengah dinamika sosial yang kompleks.(ril/rzn)
Kapolda Jabar Raih Gelar Doktor Lewat Disertasi “Cerita dari Mesuji”, Ungkap Pergulatan Polisi di Daerah Konflik












