SKI, Jakarta – Momen peringatan hari jadi Luwu’ (tana luwu) dan peringatan hari perlawanan rakyat Luwu 23 Januari 2019 dapat dijadikan komitmen bersama para wija to luwu’ (putra putri asal tana Luwu) untuk bersinergi/bersatu mewujudkan cita-cita para pendahulu/orang tua tana Luwu menjadi satu provinsi, provinsi Luwu’ Raya.
Janji Presiden Soekarno kepada Datu (Raja) Luwu’ ketika diterima di istana negara untuk menjadikan Luwu sebagai Daerah Istimewa belum sempat terwujud karena beliau lengser . Namun permintaan dari para tokoh Luwu’ hingga saat ini ke pemerintah pusat masih dalam proses. Mudah-mudahan momen 23 Januari ini membangkitkan semangat para wija to luwu’ untuk bersatu mewujudkannya. Apalagi ini tahun politik, janji-janji para politisi dari momen pemilu maupun pilkada sering jadi ajang kampanye mewujudkan provinsi Luwu Raya, setelah itu redup lagi.
Sebaiknya semangat itu tetap terpelihara agar wija to luwu tidak terpecah-pecah.
Sebagaimana diketahui Luwu’ yang tadinya kerajaan tertua di Sulsel menyatakan bergabung ke NKRI setelah dibacakan naskah Proklamasi oleh Soekarno tahun 1945. Tahun 1946 tepatnya 23 Januari terjadi perlawanan rakyat Luwu’ terpusat di Palopo. Inilah yang diperingati setiap tahunnya. Luwu’ sendiri sekarang terbagi tiga kabupaten yakni Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur, serta satu kota yakni Palopo. Usulan pembentukan Kabupaten Luwu Tengah dalam proses sejalan pembentukan provinsi Luwu Raya sebagai syarat minimal 5 kab/kota dalam pembentukan provinsi.
Demikian perbincangan Badaruddin Andi Pucunang disapa Badar dengan reporter di Jakarta, Rabu Siang, (23/01/19), wija to Luwu’ kelahiran Belopa (Luwu) 4 Maret 1970, yang juga Caleg DPR-RI nomor urut satu Sulsel Dapil 3 dari Partai Berkarya ini.
Penulis : Fri
Editor : Red SKI
Komentar