Cerita Masyarakat Turun “Bau Nyale” Sejak Pukul 3 Pagi

SKI| Lombok Tengah- Tradisi menangkap Nyale atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan bau nyale (cacing, red) menjadi salah satu pesta rakyat yang ada di Lombok terlebih bagi masyarakat Lombok Tengah.

Tradisi Bau Nyale yang sudah dilakukan turun temurun tersebut memberikan dampak tersendiri bagi para penikmat Nyale. Selain dipercaya sebagai obat juga Nyale sering dikaitkan sebagai jelmaan puteri mandalika.

Masnah Warga Desa Penujak Kecamatan Praya Barat Loteng yang datang bersama keluarganya sejak pukul 9 malam tadi untuk menangkap Nyale dan membuat tenda di pinggir pantai Seger Kuta demi menunggu munculnya Nyale tersebut.

Dimana Nyale tersebut biasanya muncul pada pukul 2-3 pagi.

“Kalau turun tadi sekitar pukul 3 subuh itu,” Katanya kada Senin (21|2).

Selain itu, Masnah yang sudah mempersiapkan peralatan untuk menangkap Nyale seperti Ember dan Jaring sangat antusias untuk menangkap Jelmaan puteri mandalika itu. Namun, Ia merasa kecewa karena tangkapannya kali ini sedikit.

“Sedikit mas, tidak seperti tahun kemarin banyak kita dapat,” Terangnya.

Hak tersebut tidak membuatnya patah semangat untuk terus mencari, bahkan akan datang pada besok pagi untuk mencarinya.

Hal senada disampaikan oleh Muhrim warga Asal Desa Kuta yang datang sejak pukul 4 subuh tadi, muhrim datang bersama keluarga nya untuk menangkap Nyale tersebut.

Dimana, menangkap Nyale atau yang sering di biasa disebut oleh orang lokal (sasak, red) “Bau Nyale” Hanya dapat ditemukan sekali setahun saja.

Hal itu dimanfaatkan oleh Muhrim untuk turun ke laut menangkap Nyale

“Agak kecewa kali ini mas, kita cuma dapat sedikit, kalau tahun kemarin itu sampai 3 kiloan,” Keluhnya.

Diketahui bahwa, sebelum dilakukan penangkapan Nyale tersebut, para ketua adat melakukan penetapan tanggal bau Nyale atau Sangkep warige satu bulan sebelum event bau nyale.

Setelah dilakukan sangkep warige dan para ketua adat menetapkan penangkapan Nyale pada tahun 2022 jatuh pada tanggal 20-21 Februari. (riki).