oleh

Keselamatan Adalah Syarat Mutlak Dalam Dunia Penerbangan

Suharto Basir Engineer Sriwijaya Air

SKI – Jakarta – Ikatan Teknisi Pesawat Udara Indonesia (ITPI) dan Ikatan Pilot Indonesia (IPI) menyampaikan duka cita yang mendalam atas musibah kecelakaan pesawat Lion Air dengan nomer penerbangan JT610 pada (28/10/2018). Hal ini disampaikan saat konferensi pers di Graha Dirgantara Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur Kamis (13/12/2018). Oleh Ketua Divisi Operasi ITPI Budi Arianto didampingi Capt.Rama Noya dan Suharto Basir Engineer Sriwijaya Air serta dihadiri pula perwakilan dari Garuda, Global, Lion, Trans Wisata Prima Aviation (TWA) serta beberapa Maskapai lainnya.

“Berkenaan dengan accident pesawat Lion Air JT-610PK-LQP, Ikatan Teknisi Pesawat Udara Indonesia (ITPI) menyampaikan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada pemerintah, TNI/POLRI, BASARNAS, BPPT, KNKT dan Direktorat Perhubungan Udara Republik Indonesia yang bekerja tak kenal lelah sehingga Black Box bisa ditemukan dalam waktu relatif singkat, semoga dengan ditemukannya Black Box KNKT dapat segera mengungkap terjadinya kecelakaan secara cermat, profesional dan transparan,” papar Budi Arianto Ketua Divisi Operasi ITPI.

“Kami sangat menyayangkan telah beredarnya ‘Technical Log Book’ pesawat naas tersebut di media yang sebetulnya merupakan dokumen rahasia pesawat dan perusahaan, terlebih lagi dokumen tersebut beredar sebelum ditulis ‘Corrective Action’. Hal ini tidak masuk akal karena dapat dipastikan penerbang tidak akan terbang jika Technical Log Book belum ditandatangani (release) oleh authorized person (Teknisi yang mempunyai kecakapan di type pesawat tersebut). Jika ada penggantian komponen pun harus disertakan dengan sertifikat layak pakai dan akan tertulis di Log Book,” tegas Budi Arianto.

“Dalam pelaksanaan perawatan/perbaikan pesawat, kami bekerja berdasarkan, ‘ MPD'( Maintenance Planning Documents), yang dikeluarkan oleh pabrik dan menjadi Referensi Maintenance Planning Engineer Dept. (yang harus ada disetiap Airline). Untuk menerbitkan Operator Maint Progran (OMP),” imbuh Budi Arianto.

Hal ini membuktikan bahwa pekerjaan yang dilakukan Teknisi pesawat udara diseluruh dunia adalah sama sesuai standar Internasional. Indonesia juga terdaftar sebagai anggota Internasional Air Transport Association(IATA) sehingga License para penerbang dan Teknisi Indonesia juga berlaku pada penerbangan Internasional. Sehingga para penerbang dan teknisi Indonesia telah memenuhi persyaratan Internasional.

“Profesi kami sebagai Teknisi juga tidak berbeda dengan para Penerbang yang harus selalu update untuk menjaga kualitas dari sisi pengetahuan serta sikap, yang secara periodik melakukan recurrent training sebagai syarat perpanjangan license, begitupun sumpah kami di Technical Log Book. Dalam mekanisme kegiatan kami, Penerbang dan Teknisi sangat bersinergi dan merupakan team work yang selalu mengedepankan keselamatan. Kami juga menyampaikan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa transportasi udara masih yang teraman di dunia, semoga dengan adanya informasi dan pernyataan dari kami tidak mengurangi kepercayaan masyarakat untuk tetap menggunakan transportasi udara,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh seorang Engineer dari Sriwijaya Air Suharto Basir, “Apapun yang dijalankan pesawat harus dirawat, sementara yang tidak terpakaipun ada sistem perawatannya. Jangan ada kekuatiran karena sama aturan manualnya. Untuk Sriwijaya Air syukur tak ada penurunan jumlah penumpang terkait adanya accident yang baru-baru ini terjadi. Biasalah sesuai ritme, ada Off Season dan Peak Season. Peak Season ada di Akhir tahun saat Natal dan Tahun Baru, Imlek, Hari Raya Idul Fitri dan liburan sekolah. Dan off season terjadi di hari-hari biasa . Kami mengharapkan semoga calon penumpang semakin cerdas,” pungkasnya.

Penulis : Fri

Editor    : Red SKI

Komentar