oleh

Prawita GENPPARI Beri Motivasi Santri Pondok Yatim dan Dhu’afa Khairul Ummah Cisarua Bandung

SKI | BANDUNG – Prawita GENPPARI sebagai bagian dari Elemen Organisasi Masyarakat tentunya terpanggil untuk ikut serta memberikan pengabdian yang terbaik bagi Bangsa dan Negara. Salah satu aspek yang dinilai krusial dan fundamental adalah dalam peningkatan kualitas SDM menuju Indonesia yang maju, unggul dan jaya. Untuk itulah, Prawita GENPPARI terus menorehkan jejak–jejak pengabdiannya di berbagai Daerah bahkan sampai ke Desa–desa melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan serta program–program motivasi lainnya.

Hal ini dilakukan di berbagai Komunitas Kemasyarakatan, Sekolah–sekolah umum, bahkan sampai ke Pesantren–pesantren agar para Siswa dan Santri memiliki semangat belajar dan semangat berprestasi yang tinggi. Termasuk mengenalkan konsep Wisata Edukasi Berbasis Pesantren (WEBTREN) dengan model pendekatan 4P, yaitu di bidang Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan “, ujar Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Bandung, Jum’at (21/1).

Hal tersebut ia sampaikan sekembalinya dari kegiatan Program Motivasi Santri di Pondok Yatim & Dhu’afa Khairul Ummah / MTs-MA Cahaya Harapan yang beralamat di Jl. Padalarang – Cisarua, Desa Pasirhalang kecamatan Cisarua kabupaten Bandung Barat – Jawa Barat.

Kegiatan tersebut merupakan salah satu program unggulan Prawita GENPPARI dalam memajukan dan mendorong SDM Indonesia agar semakin unggul dan kompeten di bidangnya masing – masing. Baik di bidang kepariwisataan, bidang seni budaya, bidang UMKM dan Ekonomi Kreatif, serta bidang–bidang lainnya. Apalagi secara khusus Prawita GENPPARI memiliki Badan Otonom yang bergerak di bidang pelatihan dan pemberdayaan Masyarakat, yang bernama Pusdiklat Prawita GENPPARI.

Pada kesempatan tersebut, Dede menyampaikan, banyak motivasi hidup yang didasarkan pada pengalaman perjalanan hidupnya untuk selalu memotivasi diri dalam menjaga semangat juang dalam belajar meskipun dalam kondisi yang sangat sulit. Dia juga mencontohkan, dimana saat usianya menginjak kelas 3 SMA sudah berstatus yatim piatu karena kedua Orang tuanya sudah meninggal dunia. Di satu sisi tentu memiliki cita–cita yang tinggi untuk terus melanjutkan pendidikan tinggi, namun di lain sisi dirinya merasa tidak punya siapa–siapa lagi untuk menyandarkan hidup dalam menopang seluruh biaya yang diperlukan dalam proses pembelajaran lanjut. Namun karena masih memiliki motivasi dan tekad yang kuat, pada akhirnya berbagai rintangan dan kesulitan bisa dilalui sampai selesai.

Di dalam alur perjalanan hidupnya tentu tidak sesederhana dalam alur sebuah cerita. Ada berbagai terpaan yang harus dilaluinya dengan tetap tegar. Itulah sebabnya motivasi–motivasi yang ia sampaikan sangat membumi dan bisa dimengerti oleh para pendengarnya. Motivasi yang ia sampaikan tidak dikemas dalam perspektif teori akademik meskipun ia seorang akademisi, tetapi disampaikan secara lugas dan renyah sehingga bisa benar–benar dinikmati untuk meningkatkan semangat juang dalam belajar. Semangat juang dalam berprestasi dan semangat juang dalam pengabdian untuk Bangsa dan Negara. Tak lupa menanamkan nilai–nilai spiritual yang tinggi terhadap Tuhan yang Maha Esa, Orang tua dan para Guru yang telah setia dalam memberi pelajaran, pendidikan, dan ketauladanan.

Kata–katanya selama ini sering dianggap seperti untaian mutiara khatulistiwa dalam melepas dahaga di tengah keringnya lautan motivasi dalam Samudera kehidupan. Jejak pengabdiannya yang selalu ikhlas disampaikan, seperti estafeta tonggak ketauladanan yang ingin ia wariskan kepada seluruh Rekan dan handai taulannya. Gaya hidupnya yang sederhana seolah menyampaikan pesan dalam bahasa perbuatan, bahwa kehidupan tidak akan melulu bicara kekayaan dan kehormatan semata, melainkan membangun fondasi pengabdian dengan penuh keikhlasan sebagai amal sosial yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

“Banyak Orang yang tenggelam di tengah Samudera “pujian dan sanjungan” dan tidak sedikit Orang yang mampu bangkit di tengah terpaan hinaan, kesulitan dan berbagai penderitaan. Oleh karenanya, janganlah lengah oleh buaian “tepuk tangan” tapi segera bangkit untuk menunjukan jati diri secara sportif katika terpuruk di berbagai medan keterbatasan. Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya, melainkan sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, tetap semangat dan optimislah dalam kondisi apapun agar tetap memiliki semangat juang dalam mencapai tujuan “, pungkas Dede menutup perbincangan yang sangat asyik dan selalu memotivasi jalan hidup ketangguhan. (YBS/ Anton. K)