SKI | Jakarta – Pengerjaan proyek kontruksi beton peningkatan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) di Kelurahan Gunung Sehari Selatan, Kec. Kemayoran, Jakarta Pusat menjadi sorotan sejumlah kalangan karena diduga dikerjakan asal jadi.
LSM (NGO) Jaring Pelaksana Antisipasi Keamanan (Jalak) dalam temuannya mengatakan, pemasangan uditch dan box culvert yang berada di Jl. Sawo, Jl. GG Garuda, dan Jl. Spur di RT.03 RW.04 dikerjakan tidak sesuai dengan spesifikasi teknis.
“Pengerjaan galian yang dangkal dan datar serta pemasangan saluran uditch juga dilakukan saat ada tergenang air,” ungkap Ketua NGO Jalak, Kampanye.
Saat melakukan penggalian, diduga pelaksana tidak mempertimbangkan kedalaman dan kemiringan medan agar air mengalir dari hulu ke hilir.
Lebih lanjut dikatakan, proyek bukannya menyelesaikan genangan air. Justru sebaliknya, saluran menjadi tempat parkir air karena air yang tertampung tidak mengalir ke hilir. Sehingga, akan terjadi genangan air secara permanen, apalagi di musim penghujan.

“Jika pemasangan uditch terus dilanjutkan dengan kondisi saluran tergenang air, tidak menutup kemungkinan akan terjadi genangan air secara permanen dan menjadi sarang nyamuk,” terang Kampanye di lokasi, Jumat (27/6/2025).
Sepertinya, pengawas internal dari Suku Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP) Kota Adm. Jakarta Pusat sangat lemah bekerja.
Padahal, katanya, sudah diingatkan untuk memperketat pengawasan terhadap proyek yang berpotensi merugikan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Kampanye mensinyalir telah terjadi persekongkolan, mufakat jahat untuk meraup keuntungan atau setidaknya abai melaksanakan tugasnya sesuai dengan tupoksinya. Dicurigai, kewajibannya dan/atau melakukan pengawasan hanya sebagai formalitas sehingga pemasangan uditch dengan galian dangkal ditambah kondisi saluran tergenang air tetap dilaksanakan.
Sehingga, ia tegaskan, tidak berlebihan proyek yang dikerjakan PT. Buhid Pilar Persada (BPP) dengan pagu anggaran Rp.2.095.720.600,- ini dianggap mubajir dan tidak bermanfaat bagi warga.
Pantauan wartawan di lokasi, posisi uditch yang telah terpasang tampak tidak simetris. Diduga karena pelaksana tidak menggunakan lantai kerja.
Selain itu, posisi pemasangan uditch tidak sesuai dengan metode pelaksanaan, tampak lebih tinggi dari badan jalan.
Pemasangan saluran box culvert di crossing persimpangan Jl. Kran II juga terlihat menutupi aliran air dari saluran existing. Sehingga dapat dipastikan saat di musim hujan, air akan meluber kemana-mana.
Ketika ditanya terkait alasan pemasangan box culver menutupi aliran dari saluran eksisting, salah satu pekerja, Prn (37), meminta wartawan menanyakan langsung ke bos nya saja.

“Maaf, Pak, tolong tanyakan langsung ke bos, ke pak mandur atau ke pelaksana, Pak. Kami hanya pekerja,” ujarnya.
Dampak buruk dari proyek juga dirasakan warga sekitar. Sejumlah warga mengaku kecewa terhadap kinerja pelaksana proyek yang diduga bekerja asal-asalan.
Salah seorang warga Jl. Kran II, Ratih (50), mengeluh air bersih di rumahnya sudah tiga hari tidak mengalir. Hal ini akibat kecerobohan pekerja membuat saluran air PAM bocor di sejumlah lokasi galian.
Senada dengan Ratih dikatakan Tamin (48), pemilik servis elektronik di sekitar proyek. Tamin menyebut kalau ia dan warga sekitar mengeluhkan sisa material dan bekas galian yang dibiarkan lama di pinggir jalan.
“Material dan sisa bekas galian mengakibatkan debu bertebangan masuk ke rumah warga,” ujar Tamin kecewa.
Sementara, pelaksana dan penanggung jawab proyek dari PT. BPP belum berhasil dimintai keterangan oleh wartawan.
Ketika dikonfirmasi wartawan lewat whatsapp, Kasudin PRKP Jakarta Pusat, Dedy Arif Darsono belum menjawab. (Sahala T P).