TIM KREATIF DAN RISET
SINGKAP TETES DUKA BERKEPANJANGAN PARA PEJUANG BOJONGKOKOSAN, Written by : Fahdi Aprianto
SKI, Jakarta – Tim Produksi film “Menjelang Senja Di Bojongkokosan” dan Tim Produksi film “Gerbang Dari Barat” setelah sharing bersama KH Abah Anom selaku Eksekutif Produser, dilanjut serangkaian pengarahan dan pencerahan jiwa serta restu dari beliau, maka pada hari Rabu, 17 Juli 2019, tepat pukul 02.00 WIB, meluncurlah kedua tim produksi tersebut dari Padepokan Abah Anom menuju kabupaten Sukabumi, untuk melanjutkan kegiatan syuting sebagai pelengkap stock shot yang dibutuhkan dalam produksi ke dua judul di atas, yang masih dalam proses editing.
Hal ini patut dilakukan mengingat pencanangan waktu launching untuk kedua judul film di atas bertepatan dengan tanggal hari kemerdekaan NKRI, yaitu tanggal 17 Agustus 2019. Ada kerangka patriotik jejaring yang bukan hanya bertujuan memperkuat soliditas kerjasama dari seluruh lini dan stack holder yang telah dibangun beliau selama ini, dibalik momentum patriotik launching film di tanggal itu. Setidaknya minimum dalam 127 ormas dan press telah dipersiapkan.
Di tengah kesibukan KH Abah Anom memantau perkembangan persiapan produksi untuk beberapa judul film dengan tim kru berbeda, termasuk Open Casting GKSSJ-1 ini, dan setelah beberapa kali menerima laporan dari tim kreatif dan riset untuk film dokumenter berjudul “Menjelang Senja Di Bojongkokosan” di Sukabumi, beliau menyempatkan hadir dalam pertemuan terbatas di Hotel Daily beberapa malam kemarin.
PERTEMUAN TERBATAS
Pertemuan di Hotel Daily, bukanlah pertemuan awal, namun pertemuan ke sekian kalinya yang merupakan kelanjutan dari hunting dan syuting dari dua judul film. Syuting untuk materi film dokumenter part 1 berjudul “Menjelang Senja Di Bojongkokosan” dan hunting lokasi untuk film “Mendung Di Pajajaran” yang dilaksanakan sekitar bulan Februari 2019 antara tim kreatif formasi awal PT. FANS bersama Produser sekaligus Sutradara Italia bernama Marco Barcocianni, yang didampingi Dine, guide profesional, extras di beberapa produksi striping.
Syuting part 2 “Menjelang Senja Di Bojongkokosan hunting lokasi ke Sukabumi
Namun sejak April 2019, dilanjut syuting part 3, di awali dengan pembentukan formasi baru, penyesuaian personil dengan kebutuhan materi film dengan tim kreatif dan riset, yang awalnya perubahan personil itu dilakukan tanpa ada koordinasi selama 2 bulan dan “clear” setelah dilakukan pengkondisian oleh pihak HRD & LEGAL. Formasi baru itu terdiri dari Asep selaku DOP, Agung Ramadhan selaku sutradara, Icha selaku periset, perencana program dan penulis, pakde Sisgon selaku art director, Dicky Chelebez selaku ass.director, Boncel selaku soundman, Mang Ucup selaku unit lokasi, Tatang selaku pengarah narasumber, dan Zeinal selaku motivator sejarawan.
Banyak poin penting dan menggembirakan dalam pertemuan itu terkait persiapan Produksi Film Dokumenter “Menjelang Senja Di Bojongkokosan”. Bukan hanya hasil interview dengan beberapa narasumber yang paham sejarah saja seperti Kang Wawan Suwandi, atau pun pelaku kebatinan “mistis” semisal Moch Abdul Karim/Mang Caing/Abah Aceng, namun beberapa saksi hidup antara lain Abah Jaja, mantan TKR berusia lebih dari 80 tahun dan mantan TKR lain yaitu Abah Ading dan Abah Pepen, yang juga telah lanjut usia.
Proses mencari narasumber akurat dan dapat dipertanggung jawabkan dari berbagai sisi, terbilang tak mudah dan butuh proses panjang.
“Mandat Abah Anom pada kami untuk me-riset beberapa titik di Sukabumi merupakan pekerjaan yang tak seperti membalikkan telapak tangan. Tidak semudah dan sesimpel itu. Kami harus benar-benar ekstra hati-hati, selektif, dan tidak begitu saja mudah percaya pada setiap info yang kami dapat. Butuh analisa kuat dan klarifikasi untuk mendapatkan sejumlah pembuktian logis dari berbagai pihak terkait”, kata Dicky Chelebez, ass director yang masih in house di sebuah perusahaan animasi.
“Yang paling sulit itu justru karena mayoritas pelaku dan saksi peristiwa itu rata-rata sudah meninggal, dan kalaupun masih ada anak keturunan dan masyarakat sekitarnya yang bisa dijadikan saksi narasumber, belum tentu juga bisa ngasih penjelasan utuh sesuai realitas sesungguhnya yang terjadi saat itu, biasanya cuma sepotong-sepotong atau di sana sini sudah ada tambahan atau pengurangan informasi. Kalau berupa data ya sudah gak lengkap lagi. Abah bisa mengerti kesulitan mereka”, jelas KH Abah Anom kepada Kerangka Langit Press.
“Iyak. Benar tadi apa kata Abah. Hmmm….Jadi gini,……Jadi emang perlu ekstra keras usahanye kami semua sampe’ terkuak semua misteri yang ternyata semua informasi dari semua narasumber itu, justru bisa saling mengisi, melengkapi, dan menguatkan“, ujar Agung Ramadhan, sutradara, memperkuat penjelasan dengan dialek khas Betawinya.
“Benar, merujuk dari semua database yang tercatat di museum Palagan Bojongkokosan dan semua info yang beredar di youtube atau medsos itu akhirnya hanya kami fungsikan sebagai penguat kesimpulan dari riset kami dan bukan sebagai acuan utama”, tandas Icha Widi selaku periset sekaligus penulis, figur kapabel dan profesional di bidangnya ini juga mantan creative directur dan marketing manager di beberapa PH dan Stasiun Televisi.
Keterlibatan KH Abah Anom tak tanggung-tanggung, pemilik sekaligus eksekutif produser ini, akan juga terjun langsung sebagai pemain bersama narasumber, Host (Nazwa Zaskia dan Teungku Caren), dan beberapa pelaku reka adegan ulang untuk pemandian pusaka, persenjataan perang, dan mandi ritual khusus anggota Pasukan Laskar Rakyat sebelum maju ke medan laga, yang diperankan oleh anggota Laskar Merah Putih Indonesia dan Santri setempat.
Pertempuran Bojongkokosan 74 tahun yang lalu mendulang kisah dan akibat beragam. Tak lagi hanya sebatas betapa heroik dan pentingnya sebuah kebersamaan antara penduduk di desa sekitar dengan pasukan TKR, pasukan Rakyat Sukabumi seperti Barisan Banteng pimpinan Haji Toha, Hizbullah (pimpinan Haji Akbar) dan Pesindo melawan serangan pasukan tentara Inggris, Gurkha, dan NICA, yang memakan banyak korban hingga terbebasnya Sukabumi dari perang konvoi pertama (The First Convoy Battle), cikal bakal peristiwa Bandung Lautan Api. Kebersamaan terbukti membawa keselamatan dan kemenangan.
Di sisi lain, kebijakan pemerintah berupa Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 30/PMK.05/2015 Tentang Tata Cara Pembayaran Tunjangan Veteran, Dana Kehormatan Veteran, dan Uang Duka Veteran Republik Indonesia, tak mampu menyentuh kehidupan semua veteran. Ada beberapa pensiunan TKR yang semula mendapatkan uang pensiun saat pemerintahan presiden Soekarno, namun dengan bergantinya kepemimpinan nasional, mereka tak lagi mendapatkan haknya selama puluhan tahun. Seolah terlantar dan tak tercatat lagi sebagai sosok pahlawan yang pernah mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan masa depan anak cucu negeri ini. Sebut saja salah satunya adalah Abah Jaja, seorang TKR miskin yang terabaikan kesejahteraan dan kesehatannya. Karena luput dari pantauan, ia terpaksa mengais-ngais rejeki hanya demi sesuap nasi. Program kebersamaan, kesehatan, dan kesejahteraan.
Film dokumenter “Menjelang Senja Di Bojongkokosan” adalah film perdana yang merupakan salah satu judul dari 15 judul lainnya yang akan digarap bersama sutradara Italia, Marco Berticianno, dan akan dipasarkan ke 48 negara di Asia dan negara sekitar Italia, memiliki prospek besar dan akan semakin meluas area jangkauan selanjutnya.
Rencana keberangkatan dibagi menjadi dua kloter. Kloter ke-1, Rabu, 17 Juli 2019, pagi, pengurusan perijinan selama maksimum 3 hari sedang malam 18.WIB acara Syukuran atau tumpengan di Museum Palagan Bojongkokosan sebelum diadakan syuting lanjutan. Keberangkatan kloter ke-2 : Rabu sore, 17 Juli 2019.
Pengurusan surat pemberitahuan dan surat perijinan lokasi dan syuting akan dilakukan di Polresta Kota Sukabumi, Polres Kabupaten Sukabumi, Dinas Pariwisata, Dandim Kabupaten Sukabumi, Bupati (Pemda) Kabupaten Sukabumi, Walikota Sukabumi, Museum Palagan Bojongkokosan, Kantor Desa Cigombong, Kantor Desa Benda, Kantor Desa Cicurug, Kantor Desa Kompa, Kantor Desa Bojongkokosan, dan Kantor Desa Cibadak, serta ke masing-masing kecamatan.
“Yuk kita bangun negara ini, sekali layar terpancang, pantang untuk surut!!!!”, tegas KH Abah Anom didukung Kuasa Hukum beliau Ir. Gatot TB Arry. SH. MH saat mendampingi KH Abah Anom melakukan pelepasan.
Jurnalis/Editor : Red SKI
Komentar