Ubedillah : Golkar Dalam Pertarungan Generasi Millennial Versus Generasi Kolonial

SKI, Jakarta- Pengamat Politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedillah Badrun melihat situasi politik yang terjadi di Golkar saat ini, bagai pertarungan dua kelompok. Yakni kelompok vasted interested  dengan kelompok pembaharu yang dimotori kalangan muda.

Kelompoknya Airlangga Hartarto dikategorikannya sebagai Kelompok Kolonial, yang bertarung melawan Barisan Pembaharuan Bambang Soesatyo yang dimotori oleh Kalangan Millennial.

“Jadi ada dua generasi. Yakni generasi kolonial versus generasi millennial. Saya melihat, Golkar ini berupaya menghempang kekuatan millennial. Kaum-kaum kolot yang menjadi generasi colonial tidak rela jika kaum millennial masuk ke Golkar,” tutur Ubedillah.

Padahal, lanjut dia, Partai Golkar haruslah terus membudayakan dialog, keterbukaan, diskusi. Jika tradisi intelekgtual seperti itu pun dihempang, menurut Ubedillah, maka Golkar tidak akan dilirik kaum millennial.

“Kalau tradisi intelektual sudah tidak berjalan, partai sudah miskin diskusi, maka ada sesuatu yang tidak beres. Harus dilakukan evaluasi,” katanya.

Kaum muda juga cenderung mulai menjauhkan diri dari Golkar, dikarenakan tidak adanya kepentingan Nasional yang dijadikan sebagai agenda utama.

Sejak reformasi, politik Indonesia sudah tidak efektif kok. Sampai sekarang tidak efektif. Karena Agenda Nasional tidak dijadikan sebagai agenda utama. Harusnya, kepentingan nasional itulah yang menjadi agenda utama partai politik, termasuk di Partai Golkar, ujar Udebillah Badrun.

Pengamat Sosial Politik dari Moscow University Alexander Spinoza mengatakan, Golkar jangan hanya sibuk melakukan kegiatan-kegiatan organisasi yang tak mampu menyerap kebutuhan masyarakat banyak.

Menurut Alexander, saat ini, hampir semua partai Politik di Indonesia, memiliki kemiripan cara. Yakni sama-sama sibuk sendiri. Tidak memperhatikan rasa dan jiwa maupun kemauan masyarakat yang sangat luas.

“Perilaku parpol sama saja, Sibuk dengan aktivitas dirinya sendiri, Sibuk dengan agenda Pilkada, sibuk dengan agenda Pileg dan Pilpres. Masyarakat menantikan, partai politik itu turun dan sibuk untuk mengurusi masyarakat. Kalau urusan Pilkada, Pileg dan Pilpres, itu kan kepentingan parpol doang. Rutinitas parpol yang tak banyak manfaatnya bagi masyarakat,” tutur Alexander Spinoza.

Lebih jauh, Alexander menuturkan, Golkar kini diibaratkan hanya bagai selembar stiker yang ditempelkan dalam pusaran politik Tanah Air. Demikian juga yang dialami kaum muda Golkar. Kaum muda hanya dijadikan stiker yang ditempelkan di partai Golkar, ucapnya. 

Oleh karena itu, dia berharap, partai Golkar merekrut dan mendorong kaum muda untuk berpartisipasi aktif dan melakukan perubahan yang lebih baik di dalam tubuh Golkar.

“Golkar jangan hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Jangan hanya sibuk mengurusi kontestasi-kontestasi politik saja. Perlu regenerasi yang luas, dengan mengakomodir kalangan muda. Harus ada upaya nyata melibatkan kaum muda,” ujar Alex.

Wakil Ketua Barisan Pemuda Partai Golkar (BPPG) Adi Baiquni berharap, kaum muda yang jumlahnya sangat besar, akan semakin baik jika cepat masuk ke dalam partai politik, seperti ke dalam Partai Golkar.
“Ayo dong, kaum muda, lebih cepat masuk parpol, akan lebih baik,” ujarnya.

Hal itu sangat diperlukan, untuk melakukan gerakan perubahan di tubuh partai. Dengan bergabungnya kaum muda, lanjutnya, maka Golkar bisa yakin bahwa renegerasi akan terus terjadi. (Red SKI).

Komentar