SKI, Jakarta – Perpustakaan Nasional menyelenggarakan pameran foto dan talk show 13 Mei hingga 24 Mei 2019.
Talk show Kamis, (16/05/19) mengangkat tema Penjaga Peradaban” Dari Polri Untuk Papua”. Hadir sebagai pembicara, Prof (Ris)Hermawan “Kikiek” Sulistyo,MA,Ph.D,Apu Penasehat Kapolri, Dr.Adriana Elizabetth M.Soc (LIPI), Ambassador Dr.HC.Luthfi Rauf, M.A (Polhukam) serta Oscar Motulah (Fotografer).
“Sangat penting bagi kita bagaimana menjaga nilai-nilai kemanusiaan. Di Papua kita harus melakukan pendekatan holistik. Pendekatan dengan cinta yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang setara dengan daerah lain bahkan lebih. Itulah yang kini dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah beritikad baik membangun Papua dengan membangun sarana dan prasarana serta menyelesaikan konflik secara damai,” papar Luthfi Rauf.
“Pendekatan melalui budaya sangat diperlukan juga mengingat muara permasalahan biasanya terjadi di desa. Perbedaan persepsi bisa menimbulkan konflik. Masyarakat yang gemar mengkonsumsi minuman keras juga bisa menimbulkan kekacauan saat mabuk, kemudian pendidikan yang rendah. Aparat keamanan Polri/ TNI masih ditakuti oleh sebagian masyarakat Papua di pedalaman. Jika melihat seragam atau mobil dinas polisi mereka melarikan diri. Disinilah tugas Polisi/ TNI untuk sosialisasi pada masyarakat bahwa mereka hadir di tengah- tengah masyarakat untuk membantu mengamankan jika terjadi konflik,” imbuh Luthfi.
Dr. Adriana Elizabet dari LIPI juga mengatakan, konflik yang terjadi di Papua akibat marginalisasi, diskriminasi, pembangunan yang belum merata, adanya pelanggaran HAM serta Ideologi. Kehadiran aparat di Papua harus memperkuat tim cyber untuk menangkal berita- berita hoax serta dialog. Menjelaskan berbagai fakta. Dari segi politik masyarakat Papua kini memiliki kesadaran yang meningkat saat Pilpres . Karena terbukti 95% masyarakat menggunakan hak pilihnya di TPS.
Setelah acara diskusi selesai dilanjutkan dengan buka bersama. Selain makanan nasional ditampilkan pula makanan tradisional khas Papua yang dimasak oleh Chef asli Papua Charles Toto. Charles Toto atau nama bekennya Chato telah berkeliling dunia memperkenalkan kuliner Papua yang nyaris tanpa bumbu. Masakan biasanya menggunakan bambu sebagai wadah untuk meletakkan makanan kemudian dibakar. Adapula yang diletakkan di atas batu panas yang telah dibakar, dan ada dimasak di tanah dengan membuat lubang . Cara masak yang unik inilah yang membuat dunia internasional kagum dengan kuliner papua. Sebagai hidangan penutup chef Chato menghidangkan sukun masak santan, bunga kecombrang yang dibungkus dengan daun talas kemudian dikukus serta teh dari daun sukun yang dikeringkan. Adapula garam hitam yang khas terbuat dari pelepah Nipah yang menambah cita rasa kuliner Papua yang unik.
Penulis : Fri
Komentar