Wagub NTB Hadiri Dialog Perempuan Lintas Agama

SKI, Mataram – Seluruh perempuan di Nusa Tenggara Barat harus mampu berkaca pada diri sendiri dan mempersiapkan diri dalam kompetisi dan berkiprah, sehingga dapat memberikan manfaat. “Mempersiapkan diri dari segi mental, kemampuan, ilmu dan kesungguhan tekad harus dimiliki oleh setiap perempuan NTB,” pesan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalillah, M.Pd., saat menghadiri acara Dialog Summit Perempuan  Lintas Agama dan Etnik untuk Perdamaian, di Hotel Lombok Raya (23/2).

Akrab dengan panggilan Ummi Rohmi, Wagub juga berbagi cerita tentang pengalamannya terkait perempuan. Menurutnya, yang paling penting bagi perempuan adalah bagaimana dia bisa memberdayakan dan meletakkan perempuan pada porsinya, di mulai dari lingkungan keluarga.

Berkaca dari kehidupan beliau, Ummi Rohmi mengungkapkan bahwa sebagai anak perempuan ia tidak pernah dibedakan dari sisi apapun. “Hak saya dan saudara saya sama. Kesempatan saya dan saudara saya yang lain juga sama,” ceritanya.

Keluarga yang merupakan skup terkecil, dapat melatih anak-anak dengan perlakuan yang sama dan tidak ada perbedaan, sehingga anak tersebut menjadi anak yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan tidak minder untuk berkompetisi dengan laki-laki.

Ia juga mengakui bahwa perempuan-perempuan di NTB ini sudah hebat dan tinggal menggenjot energinya saja. Perempuan harus bisa menghilangkan perasaan bahwa dia berbeda, kurang, atau menganggap bahwa peran perempuan itu minoritas.

“Kita harus beranjak dari perasaan-perasaan bahwa kita itu kaum minoritas. Kita harus merasa bahwa kita itu sudah hebat, sudah keren, sudah banyak berada pada posisi-posisi yang baik, sehingga kepercayaan diri itu akan tertular pada yang lain. Karena ini soal profesionalisme, soal kiprah,” tegasnya.

Begitu pula jika berbicara soal perdamaian lintas etnis, lintas agama, itu tergantung bagaimana keluarga mendidik. Saling menghargai satu sama lain dalam berbangsa dan bernegara itu sangat penting karena merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. “Jika kita dididik untuk tidak mempolitisasi sesuatu, maka kita akan tumbuh menjadi orang yang hormat kepada siapapun, entah berbeda agama, beda etnis kita menghormati sebagai sesama manusia sehingga kita juga dihormati”.

Bersamaan dengan itu, Agnes Gurning, selaku perwakilan dari UN Women Indonesia, sangat mendukung kegiatan ini, karena perkembangan konsensus global, maupun nasional telah menekankan peran perempuan, dalam upaya-upaya pemeliharaan perdamaian dan penanganan konflik sosial.

“Ini telah menjadi agenda nasional, dimana perempuan diberikan pengakuan dan juga kesempatan untuk terlibat dalam proses perdamaian,” ujarnya.

Indonesia merupakan negara yang cinta damai, tetapi dibalik itu seperti yang kita ketahui Indonesia sangat majemuk dan beragam. Banyak etnik, banyak bahasa, dan banyak kepercayaan, sehingga proses pembangunan dan dinamika sosial mempertemukan seluruh elemen-elemen yang berbeda dan beragam.

“Perdamaian itu bukan sesuatu yang turun dari langit, situasi damai adalah situasi yang perlu di upayakan, dipelihara,” tandas Gurning.

Acara ini dihadiri pula oleh Ketua Komisi V DPRD Kota Mataram, Dra. Hj. Wartiah, Perwakilan UN Women Indonesia, Direktur Eksekutif Habibie Center Bapak Hadi Kuntjoro, serta Wakil Rektor I UIN Mataram Bapak Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag.

Penulis : Alfy

Editor    : Red SKI

Komentar