SKI| Lombok Tengah- Pandemi Covid-19 yang masih sampai saat ini tak menyurutkan masyarakat di Desa Pejanggik Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah tetap menggelar tradisi atau adat Perang Timbung dengan mematuhi protokol kesehatan.
Tradisi yang sudah turun temurun dari nenek moyang tetap dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada bulan yang sudah ditetapkan.
“Kalau tradisi ini kita laksanakan pada bulan Agustus tanggal 27 saja, kalau menurut bulan sasak bulan 4 dan 5,” Ucap Amak Murne pemangku adat disana pada Jumat (27|8).
Selain itu, tradisi Perang timbung yang dimulai dengan acara seserahan sesajen di rumah belek (besar, red). Hal tersebut dilakukan agar kegiatan yang dilaksanakan mendapatkan kelancaran.
“Perang timbung ini dulu dilaksanakan pada saat terjadinya Perang pada zaman dahulu,” Jelasnya.
Lebih lanjut, Amak Murne menerangkan bahwa, dalam kegiatan perang timbung tersebut dulunya dilakukan oleh para pemuda-pemudi yang belum menikah. Sehingga dilempar ketan yang sudah dibakar dengan bambu ke lawan jenis untuk mencari jodoh.
“Kalau dulu, kegiatan ini sakral, hanya dikerjakan di makam (kuburan, red) Serewe saja, tidak diluar makam,” Terangnya.
Sementara itu, Kepala Desa Pejanggik Ahmad Musilah mengatakan, kegiatan perang timbung merupakan adat nenek moyang yang dilakukan untuk menolak balak.
“Dengan adanya tradisi yang ditinggalkan oleh nenek moyang maka kita harus tetap melestarikannya,” Katanya.
Terlebih saat ini, perang timbung sudah dinobatkan sebagai tradisi berskala nasional yang diserahkan oleh pihak Dinas Pariwisata Loteng. (riki).