SKI Jakarta | Perkumpulan Wartawan Online Independen Nusantara (PWO IN) kini dikomandani seorang wartawan senior Aris Kuncoro.
Pemimpin Redaksi wartamerdeka.info yang ditunjuk dalam Rapat Paripurna PWO IN untuk menjadi Plt Ketua Umum PWO IN hingga penyelenggaraan Kongres 2 perkumpulan wartawan online yang berdiri sejak 2018 ini, cukup dikenal kiprahnya sebagai wartawan sejak era Orde Baru. Yakni era ketika pendirian sebuah media pers, persyaratannya begitu ketat.
Aris Kuncoro, yang belakangan sering disapa Romo Aris, oleh murid-muridnya, baik “muridnya” di bidang jurnalistik maupun muridnya yang menekuni spiritual, mengawali karir jurnalistik sejak masih kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo pada tahun 1985. Yakni bergabung di Koran Harian “Suara Bengawan” Solo, sebagai wartawan di desk Kota.
Saat itu, untuk masuk bekerja menjadi wartawan sebuah koran harian tidak mudah. Harus melalui serangkaian tes, seperti tes IQ, tes pengetahuan umum, hingga tes menulis berita.
Setelah lulus pun, masih harus mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) jurnalistik selama tiga bulan.
“Saat itu usia sekitar 21 tahun saat mengawali menjadi wartawan,” ujar Romo Aris, pria kelahiran Lampung, 30 September 1964, saat diwawancarai hari ini.
Di koran inilah, Aris Kuncoro pertama kali tercatat sebagai Anggota Muda Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Perwakilan Surakarta. Saat itu PWI adalah satu-satunya organisasi wartawan yang diakui Pemerintah.
Tapi, sayangnya koran ini tidak bertahan lama. Pada tahun 1987 koran ini gulung tikar. Aris Kuncoro pun pada tahun 1987 kemudian pindah menjadi wartawan Harian “Kedaulatan Rakyat” Biro Surakarta. “Kedaulatan Rakyat” adalah koran legendaris yang berkantor pusat di Kota Yogyakarta, dan sampai sekarang masih terbit.
Tertantang ingin mengembangkan karir jurnalistik di Jakarta, Aris Kuncoro pun kemudian pada tahun 1989 berkarir sebagai wartawan di Harian Merdeka yang berkantor di Jl AM Sangaji No 11 Jakarta Pusat.
“Saat itu gaji pertama saya Rp250.000,” ujarnya sambil tersenyum.
Harian Merdeka adalah koran politik yang legendaris. Didirikan pada tahun 1945, oleh Tokoh Pers Nasional BM Diah, yang juga mantan Menteri Penerangan RI di era Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto.
“Di Koran ini ‘pengetahuan teori dan praktik politik’ kita benar-benar diasah. Karena BM Diah sering turun langsung ke redaksi untuk memberikan wejangan dan pengetahuan perkembangan politik termutahir, saat itu,” tambah Aris Kuncoro.
Diakui Aris Kuncoro, bekerja di koran politik ini, adalah saat yang sangat berkesan. Karena banyak ilmu jurnalistik dan politik yang bisa dia gali.
Di harian Merdeka Aris Kuncoro sempat dipercaya / diangkat menjadi Redaktur sejumlah bidang. Seperti Redaktur Metropolitan/Hukum, Redaktur Budaya, Redaktur Daerah dll.
Di koran ini jugalah Aris Kuncoro mengikuti perubahan politik besar nasional, yaitu lengsernya rezim Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998.
Lengsernya rezim Soeharto ini juga menandai era baru yang disebut “Era Reformasi”. Baik di bidang politik, ekonomi termasuk arah perkembangan dunia pers (informasi) yang lebih transparan. Bahkan boleh dikatakan sebagai era kebebasan pers yang benar-bebar bebas. Salah satunya dihapuskannya aturan perijinan Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP).
Di era ini juga mulai muncul organisasi-organisasi wartawan yang baru, pada pertengahan tahun 1999, Aris Kuncoro mendapat tawaran menjadi Redaktur Tabloid C & R (Jakarta) yang saat itu baru berdiri.
Media ini, adalah tabloid hiburan yang menerapkan konsep jurnalistik, “berimbang dalam memberitakan gosip selebriti” yakni dengan mewawancarai langsung pihak-pihak yang terlibat gosip.
Setahun lebih menjadi Redaktur di C&R, rupanya Aris Kuncoro merasa kurang tertantang lagi dengan tabloid hiburan ini. Selanjutnnya dirinya ditawari menjadi Pemimpin Redaksi Tabloid Etalase (Jakarta).
Tabloid yang didanai oleh anggota DPR Oke F Supit ini tidak bertahan lama. Selanjutnya, Aris Kuncoro ditawari menjadi Pemimpin Redaksi Harian Guntur (Jakarta).
Koran yang banyak memberitakan soal hukum, kriminalitas dan perkotaan ini lumayan berkembang saat itu, tapi sayangnya hanya bertahan setahun, karena konflik di internal pemegang saham.
Pada Tahun 2006, Aris Kuncoro melihat perkembangan media mulai memasuki dunia internet akhirnya dia mendirikan media online wartamerdeka.com.
“Saat itu sebetulnya belum banyak media online yang muncul,” ujarnya.
Dengan berbagai dinamika yang terjadi dia kemudian mengubah media yang dikelolanya dengan nama wartamerdeka.info.
“Saya akhirnya makin memantapkan diri menekuni pengelolaan media online. Alhamdulillah terus eksis dan berkembang,” ujar Romo Aris.
Bahkan, melalui media online yang dikelolanya, makin banyak relasi yang yang dibangun, baik di bidang pemerintahan, bisnis, dan lain-lain.
“Saat ini dan ke depan saya meyakini media online yang akan lebih berkembang, dibandingkan media cetak. Oleh karena itu kepada teman-teman wartawan yang bekerja di media harus terus semangat dan juga senantiasa meningkatkan skill dalam bidang jurnalistik, maupun IT,” ujar Aris Kuncoro yang siap memajukan PWO IN bersama-sama dengan stake holders PWO IN lainnya. (tim)