SKI Jakarta – Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia, Rabu (04/09) disambut dengan antusias oleh sebagian besar umat Katolik di negara ini. Namun di tengah euforia tersebut, muncul sejumlah tantangan terkait hubungan antaragama, khususnya antara umat Islam. Beberapa kelompok masyarakat mengekspresikan kedatangan paus dengan acara nyanyi bersama di masjid Istiqlal dengan pakaian menyerupai kostum sinterkas (31/8), hal ini tentu saja menjadi polemik di umat islam, kekhawatiran umat islam terkait dampak kunjungan ini terhadap kerukunan umat beragama akan menjadi catatan buruk.
Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas muslim, telah lama menjadi contoh toleransi beragama di dunia. Namun sejumlah insiden yang terjadi selama beberapa hari terakhir telah memperlihatkan bahwa isu keberagaman masih menjadi tantangan besar. Beberapa kelompok konservatif Islam menyuarakan kekhawatiran bahwa kunjungan Paus ini dapat memicu peningkatan ketegangan antar agama jika tidak dikelola dengan baik.
“Kami berharap kunjungan Paus ini dapat mempererat hubungan antar agama di Indonesia, bukan malah memnatasi yang sudah ada dan TV agar tetap siarkan adzan magrib” ujar Jusup Kalla, mantan wakil presiden RI. Namun, penting bagi semua pihak untuk tetap menjaga sikap saling menghormati dan tidak menggunakan kunjungan ini sebagai alat provokasi.” Ucapnya.
Hal lain juga terjadi ketika suara adzan agar dirubah menjadi running text yang diusulkan oleh Kementrian Kominfo dan Kementrian Agama, dua kementrian tersebut telah menyiapkan berbagai langkah untuk memastikan bahwa kunjungan ini berjalan lancar tanpa mengganggu stabilitas sosial dan toleransi beragama tetapi tidak memperhatikan dampaknya, dengan mengorbankan kecemasan umat islam di Indonesia.
Meskipun demikian, beberapa analis sosial dan agama mengingatkan bahwa meskipun toleransi beragama adalah nilai yang dijunjung tinggi di Indonesia, tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana menjaga keseimbangan tersebut di tengah situasi yang semakin kompleks. Bukan malah kedatangan Paus Fransiskus menjadi toleransi yang kebablasan.
Kunjungan Paus ini diharapkan dapat menjadi momen refleksi bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk terus memperkuat persatuan dan kesatuan umat beragama dan menjadikan Indoneaia negara yang menjungjung tinggi keragaman umat beragama (red)