SKI | Sumut – Di suatu siang yang sangat terik di mesjid al jihad di jalan abdullah lubis no.38 kelurahan, kec.medan baru, ada seorng penjaga barang berbaju kuning terang sedang duduk di tempat penitipan barang.
Wajahnya yang ceria dan keletian terlihat dari raut wajahnya.ia adalah seorang penjaga
barang dan tempat penitipan barang yang bernama bapak faisal berusia 50 tahun, bapak
faisal juga sudah menikah dan memiliki istri yang bernama ibu sri wahyuni atau sering di
panggil ibu nining, dan juga mempunya 2 orang anak cewe dan 2 orang anak cowo, ia sudah
menjalani pekerjaanya di mesjid al-jihad ini sudah 3 tahun lamanya.
Dan sebelum ia menjadi seorang penjaga barang di mesjid, ia pernah menjadi satpam juga selama 25 tahun lamanya,”sayalah orang pertama yang menjadi satpam di mesjid Al- jihad ini sebelum saya menjadi tukang penjaga barang di sini”.kata pak paisal.
Pak Faisal bertempat tinggal bertepatan di mencirim, setiap hari ia pulang balik ke rumahnya demi tugas dia, ia masuk dari jam 07.00 pagi hingga jam 19.30 ( ba’da Isya ).” Lain lagi kalau di bulan ramadhan, Saya bisa kerja lembur dari pagi hingga ke pagi.
Karena banyak acara di mesjid ini, salah satunya berbuka puasa bareng dan sahur bareng” ujar pak faisal. Untuk pendapatan penjaga barang tersebut, pak faisal menerima uang pendapatan Rp.75.000/ harinya.”Pendapatan
saya itu Rp.75.000/harinya ketika saya masuk kerja saja, lain lagi ketika saya tidak masuuk kerja karena terkendala sesuatu, itu saya tidak di berikan gaji” ujar pak faisal.
Bagi petugas seperti pak faisal, tanggung jawab ini bukan hal yang ringan. Mereka harus selalu waspada, memantau gerak-gerik di sekitar, dan siap sedia kapan saja. “Kadang, suasana sunyi dan sepi membuat hati ini cemas. Tapi demi tugas dan orang-orang yang bergantung, saya harus tetap fokus,” tambahnya.
Di balik rutinitas harian yang tampak biasa, tersimpan pengorbanan besar. Mereka harus meninggalkan keluarga dan kenyamanan pribadi demi memastikan keamanan barang dan orang lain. Bahkan, saat hari libur atau di tengah malam, mereka tetap berjaga di tempat tugasnya.
Meskipun seringkali tak mendapatkan apresiasi, mereka adalah pahlawan yang bekerja di balik layar. Mereka menjalankan tugas mulia ini dengan keberanian dan ketulusan hati. Setiap barang yang mereka jaga adalah amanah yang harus mereka lindungi sebaik-baiknya.
Cerita petugas penjaga barang ini mengingatkan kita bahwa di balik ketertiban dan keamanan yang kita rasakan setiap hari, ada sosok-sosok yang berjuang tanpa henti. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang menjalankan tugas mulia demi keamanan dan kenyamanan kita semua.
Mari kita apresiasi dan hargai pengorbanan mereka, karena mereka adalah bagian penting dari keberlangsungan kehidupan yang aman dan tertib.
Penulis ; Nur Ainun Ghoisani Ritonga, mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.