SKI, Tangerang – Dugderan merupakan festival khas Kota Semarang yang menandai dimulainya ibadah puasa di bulan suci Ramadan yang diadakan perayaan dibuka oleh wali kota dan dimeriahkan oleh sejumlah mercon dan kembang api. “Dug” yang berarti bunyi yang berasal dari bedug yang dibunyikan saat ingin shalat Maghrib.
Tradisi dugderan ini telah diadakan sejak tahun 1882 pada masa Kebupatian Semarang di bawah kepemimpinan Bupati R.M. Tumenggung Ario Purbaningrat.
Adalah Pawon Semar yang memboyong tradisi Dugderan juga diselenggarakan di luar Semarang. Pawon Semar adalah Paguyuban Wong Semarang, organisasi perkumpulan orang-orang yang pernah tinggal di Semarang yang sekarang berdomilisi di Jabodetabek.
Salah satu komitmen Pawon Semar adalah mendukung Promosi Wisata Semarang.
“Tujuan didirikan Pawon Semar adalah mempersatukan masyarakat perantauan asal Kota Semarang yang berdomisili di Jabodetabek, peduli untuk membantu mempromosikan obyek wisata dan menarik wisatawan berkunjung ke Kota Semarang dan menghimpun aspirasi dan potensi untuk kemajuan Kota Semarang serta kesejahteraan anggota” kata Hendardji Soepandji, Ketua Pawon Semar.
Meskipun mengusung semangat dugderan, acara Festival Warak Ngendog yang diseenggarakan 4-5 Mei di Premier Sports Village De Latinos, BSD City, Serpong, Tangerang Selatan tidak ada acara menyalakan mercon. “Festival Warak Ngendog ini mengusung semangat dugderan yang kita selalu rindukan di Semarang. Tapi di acara ini kami tidak ada menyalakan petasan” jelas Nur Cahyo Ketua Panitia Festival Warak Ngendog.
Selain semangat menyelenggarakan tradisi dan memperkenalkan Warak, Festival ini juga membawa semangat kumpul guyub dan memamerkan potensi bisnis anggota Pawon Semar.
“Kenapa teman teman Semarang dan warga masyarakat perlu datang di acara festival ini, setidaknya ada 3 alasan yaitu : merasakan kuliner Semarang yg ngangenin dan jarang dijual di Jkt, mengenali warak ngendog sbg budaya khas Smg menjelang puasa dan mengabadikan moment dgn artwork yg instagramable berupa warak ngendog” jelas Gusti Putu Lestari wakil ketua panitia.
Warak Ngendog di BSD dibuat oleh sosok yang bukan dari Semarang. “Salah satu bukti keberhasilan memperkenalkan warak ngendog kepada khalayak adalah kesediaan seorang penyuka seni dari Bali berprofesi engineer telekomunikasi yang bernama Made Asnaya, yang mempersiapkan warak ngendog setinggi 2,5 meter” jelas Joko Dewo, aktor dari Semarang yang dalam acara nanti memandu jalannya prosesi pembukaan dan pentas seni.
Arak arakan Warak Ngendog menjadi acara pembuka Festival yang rencana dimulai pukul 08:30. “Rencana kami menampilkan arak-arakan Warak Ngendog pukul 08.30, dengan tarian Goyang Semarang anak anak saya” kata Hanny Mustofa seniman daerah Perbalan Semarang, teman sepemainan Joko Dewo, Tukul Arwana dan Tony Qiu Rastafara. (Red SKI).
Komentar