Mataram | SKI -Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram gelar sosialiasasi Pembinaan Ideologi Pancasila melalui Bedah Buku: Islam & Pancasila Perspektif Maqashid Syariah Prof. KH. Yudian Wahyudi, Ph.D.
Dalam kegiatan itu, selain Rektor UIN Mataram Prof Dr TGH Masnun Tahir, UIN Mataram juga menghadirkan Keynote Speaker: Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. KH. Yudian Wahyudi. MA. Ph.D.
Sebagai narasumber dalam acara itu, UIN Mataram menghadirkan juga Syaiful Arif. MH penulis buku tersebut.
Ada juga Prof. Dr. H. Mutawali . MAg,
Prof. Hj. Atun Wardatun . MA. Ph.D dan Dr. H. Subhan Abdullah Acim. MA. selaku narasumber lainnya.
Prof Yudian memaparkan Indonesia adalah negara yang paling istimewa, ini merupakan hadiah dari Allah di muka bumi ini.
“Karena Indonesia itu hadir sebagai negara Religius, Republikan, Konstitusional dan Egalitarian,” sebutnya.
“Keempat ini yang memberikan kebahagian dan kebebasan berpikir, berkreasi, berdedikasi untuk kemajuan agama, nusa dan bangsa,” jelasnya.
Ia juga memberikan. ilustrasi tentang kebangsaan Indonesia, dengan meminjam konstruksi nama-nama para nabi dan rasul yang konstrukrif-fungsionalistik.
“Nabi Adam- simbol kemanusiaan majmuk yang menjadi geneologi dan asal usul kemanusian,”
Ia menjelaskan, Adam sebagai simbol keilmuan (al-asma’) yang karenanya para malaikat tunduk patuh karena keilmuan yang dimilikinya.
Sementara Nabi Nuh, prof Yudian menjelaskan, Pencipta kapal laut terbesar sepanjang sejarah kemanusiaan.
“Bahari terluas dimiliki Indonesia menjadi penanda Nabi Nuh As melintas batas bahari untuk menyatukan NKRI yang sangat dinamis dan egalitarian,” katanya.
Sementara Nabi Ibrahim disebut sang diplomat ulung internasional yang menghadirkan peradaban kemanusiaan dan menghadirkan kesejahteraan global dengan menjamin diplomasi yang ulung.
“Indonesia hadir mewujudkan kesejahteraan yang sangat luas [وارزق اهله من الثمرات]
Makkah Madinah Palestina adalah bukti kongkrit peradaban kemanusiaan,” paparnya.
“Indonesia adalah negara yang menghadirkan kedamaian dan keberkahan untuk semua golongan, dan ummat,” tegasnya.
“Nabi Ibrahim, mengajarkan kita sikap diplomatik atas segala dimensi keberagamaan dan dari geneologi Nabi Ibrahim lahir para pemikir peradaban kenabian dan kerasulan,” bebernya.
Tanah Padang Pasir tentu tak cocok untuk semua buah justru Indonesia cocok untuk semua jenis buah.
“Nabi Ibrahim mampu menghadirkan tsamarat itu dalam bingkai peradaban yang saling menghormati dan saling menegasi,” ibuhnya.
Selanjutnya ia menyampaikan pandangan terhadap Kisah Nabi Musa yang memberikan pembelajaran bagaimana melawan orogansi kekuasaan bahkan mendeskriditikan sikap kemanusiaan.
“Nabi Musa hadir untuk membongkar kebobrokan kepemimpinan yang melanggar demokrasi dan humanisasi,” terangnya.
“buah Qisa’, Bashal, adas, yang sedang berkembang saat Firaun memimpin negara, menjadi simbol perlawanan terhadap kebijakan negara dalam aspek kesejahteraan yang tidak pro rakyat,” imbuhnya.
Dikatakan, untuk konteks Indonesia yang diberikan anugerah paling istimewa yang mengkaper semua elemen kemanusian dan dilandasi semangat egalitarian dan konstitusional. Nabi Isa menghadirkan ma’idah [مائدة] sebagai hidangan kemanusiaan yang lahir dari doa kemanusiaan.
“Indonesia dengan konsensus Darul Mitsaq- Darul Ahli wal ahdi, Darul aman menjadi Darul Ijma’ [دار الاجماع] konsensus kolektif dan kontributif adaptif untuk rasa aman beragama, berbangsa dan bernegara,” tegasnya.
Kegiatan itu diikuti oleh 1000 orang peserta terdiri dari civitas akademika UIN Mataram, Jajaran pimpinan, rektorat dan fakultas. (Sar)